Momen Langka! Ayo Saksikan Gamelan Pusaka Keraton Yogya

Gamelan Kyai Naga Wilaga dimainkan setahun sekali menyambut Maulid Nabi Muhammad (Foto: Bagus)

detik.comInilah saat yang tepat untuk berlibur ke Yogyakarta! Mengawali acara Sekaten menjelang Maulid Nabi Muhammad SAW, Keraton Yogyakarta mulai hari ini membunyikan dua gamelan pusaka Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo.

Gamelan ini merupakan tradisi syiar Islam sejak zaman kerajaan Islam Demak di abad ke-16 masehi. Dua buah gamelan itu akan dimainkan selama satu minggu, setiap hari mulai pagi hingga malam hari ditabuh oleh para abdi dalem. Gamelan tersebut saat ini ditempatkan di Bangsal Pagongan di depan halaman Masjid Besar Kauman.Kyai Guntur Madu ditempat di Bangsal Pagongan sebelah selatan. Sedangkan Kyai Nogo Wilogo di Bangsal Pagongan sebelah utara. Kedua gamelan tersebut dibunyikan secara bergantian.

Tradisi dibunyikannya dua buah gamelan tersebut merupakan cara para Walisanga terutama Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Saat ini dua keraton yang masih menggelar prosesi peninggalan syiar Islam dari Walisanga itu adalah Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Kasultanan Ngayogyakarto.

Pada saat gamelan keluar dikenal dengan sebuatan Miyos Gangsa, yakni pertanda keluarnya kedua buah gamelan dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Besar Kauman. Sebelum Miyos Gangsa, dilakukan prosesi Nyebar Udhik-udhik atau uang logam recehan, beras kuning dan bunga setaman oleh utusan Sri Sultan Hamengku Buwono X di Bangsal Ponconiti Keraton dan di Bangsal Pagongan. Tradisi nyebar udhik-udhik sebagai simbolisasi pemberian sedekah seorang raja kepada rakyatnya.

Mulai hari ini, Senin (30/1/2012) hingga Sabtu (4/2) gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo dibunyikan secara bergantian. Saat gamelan dibunyikan banyak warga masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya untuk mendengarkannya.

Kedua gamelan akan berhenti atau beristirahat saat salat dzuhur, asar, maghrib dan isya. Di sela-sela acara tersebut di Masjid Besar Kauman pada malam hari juga digelar pengajian sebagai sarana syiar Islam.

Di sekitar halaman masjid Besar Kauman saat ini juga banyak warga sekitar yang menjual nasi gurih lengkap ingkung ayam dan lauk pauk serta daun sirih dan kinang. Nasi gurih dan daun sirih serta kinang ini hanya ada atau dijual saat kedua gamelan dibunyikan di kompleks masjid.

Dulu saat gamelan dibunyikan warga yang mendengarkan langsung mengunyah sirih dan kinang sebagai pertanda ajaran atau syiar Islam itu sudah masuk ke sanubari orang yang mendengarkan serta dipercaya akan awet muda.

"Kalau gamelan sudah ditabuh, kami selaku datang ke masjid gede untuk mendengarkan. Kami datang setiap siang hari sampai kondur gangsa atau gamelan masuk kembali ke kraton," kata Hadi Sukirno warga Sedayu Bantul.

Setelah selama lima hari dibunyikan, akan diakhiri dengan Kondur Gangsa atau kembali kedua perangkat gamelan itu ke dalam kraton. Acara itu dilakukan pada malam hari seusai pengajian maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Besar Kauman.

Keesokan harinya akan digelar prosesi gerebeg Mulud Tahun Wawu 1945 Jawa sebagai puncak perayaan sekaten yakni keluarnya gunungan yang akan diperebutkan warga. Sekaten sendiri berasal dari kata Syahadatain yang berarti mengucapkan kalimat syahadat sebagai pertanda masuk Islam.

Momen tahunan ini tentu tidak boleh Anda lewatkan. Jika Anda sedang berlibur atau akan berlibur ke Kota Gudeg itu dalam minggu ini, jangan lupa ke Masjid Besar Kauman ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar