RI Lebih Doyan Nguras Minyak Ketimbang Cari Baru


Gb

detik.comJakarta - Indonesia lebih banyak menguras dibanding menemukan cadangan baru minyak. Tingkat pengurasan minyak RI sangat tinggi hingga mencapai 8 kali lipat lebih cepat dari negara-negara tetangga.


Kepala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BP Migas, Gde Pradnyana mengatakan tingkat pengurasan cadangan minyak RI sangat tinggi, lajunya 8 kali lipat lebih cepat daripada negara-negara penghasil minyak terbesar di dunia yaitu Arab Saudi dan Libya.



RI yang hanya memiliki cadangan minyak sekitar 4 miliar barel memproduksikan minyak hanya 1 juta barel per hari, berarti reserve to production ratio hanya 4%.



"Dengan kata lain kita lebih banyak menguras dibanding menemukan cadangan baru. Sedangkan Arab Saudi yang memiliki cadangan 265 miliar barel memproduksi minyak 8 juta barel per hari atau tingkat reserve to productionnya mencapai 35% dan Libya dengan cadangan 46 miliar barel memproduksi 1,5 juta barel per hari, tingkat reserve to productionnya 30%," papar Gde dalam penjelasannya, Minggu (4/3/2012).
Artinya, sambung Gde dengan kata lain cadangan minyak RI 8 kali lebih cepat habis dari dua negara tersebut. Laju pengurasan minyak di RI sudah tergolong sangat tinggi jika dibandingkan negara penghasil minyak lain



Hal ini sudah dilakukan sejak tahun 1950-an dan memuncak pada tahun 1976 dengan tingkat produksi smpai 250 ribu barel per hari. Sejak saat itu terjadi penurunan produksi minyak nasional. 



"Kini kita hanya dapat menghasilkan 70 ribu barel per hari. Penurunan dari lapangan Minas masih ditutupi dari pengurasan cadangan Duri yang dimulai sekitar tahun 1980-an dengan tingkat produksi sebesar kurang lebih 400 ribu barel per hari dan membuat produksi nasional kembali mencapai puncaknya di tahun 1996 dengan produksi sebesar 1,6 juta barel per hari," kata Gde.



Selanjutnya lapangan Duri-pun terus menurun produksinya seiring dengan menipisnya jumlah cadangan yang tersisa. Kini kedua lapangan Minas dan
Duri hanya menghasilkan sekitar 360 ribu barel per hari.



Penemuan cadangan minyak RI terkalahkan oleh penemuan gas dengan jumlah yang besar yang terjadi di daerah timur Indonesia, contohnya di area deepwater Selat Makassar (Gandang, Gendalo, Gehem,dll), Masela (Laut Timor) dan Genting Oil di Bintuni. 



"Industri hulu migas adalah industri pencarian (eksplorasi) dan pengurasan (eksploitasi) cadangan migas. Alam tidak bisa dipaksa untuk menghasilkan minyak ataupun gas, tetapi kita hanya bisa mencari dimana cadangan-cadangan tersebut berada dan kemudian mengurasnya dengan berbagai cara," ujar Gde.



Gde menambahkan, dikarenakan kebutuhan BBM yang besar yaitu 1 juta barel per hari tidak sejalan dengan kemampuan produksi RI yang hanya 700 ribu barel per hari. Oleh karena itu RI masih harus mengimpor BBM untuk menopang itu.



"Ini tidak bisa dihindari, seandainya-pun produksi minyak mentah kita kembali ke 1,6 juta barel per hari maka impor BBM tetap tidak bisa dihindari," ujarnya.



"Mengingat Indonesia sangat membutuhkan energi untuk menopang perekonomian, dan minyak semakin sulit didapat dan diproduksikan karena saat ini alam lebih banyak memberikan gas ketimbang minyak, dengan demikian masalah subsidi BBM dan kenaikan harga BBM adalah realita yang harus disikapi oleh semua pihak secara bijak," tutup Gde.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar